KABUPATEN Ogan Ilir (OI) yang saat ini tempat kita berdiam, didirikan dan dibangun dengan susah payah, penuh perjuangan. Di awal-awal OI berdiri tahun 2004 /2005 – 2014, APBD tergolong kecil, masih di bawah 1 Triliun Tapi berkat kesungguhan dan kerja keras pemerintahan saat itu, OI tetap membangun.
Sekedar mencontohkan pembangunan sejumlah fasilitas umum seperti membangun jalan dan jembatan untuk membuka isolasi kawasan, pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan Perkantoran Terpadu di Tanjung Senai + jembatan Pesona Tanjung Senai yang sudah menjadi icon Ogan Ilir.
Karena itu peristiwa yang terjadi di beberapa tempat seperti di Jakarta, Makasar, NTB, Jabar, dan Palembang, jangan sampai terjadi di daerah kita Ogan Ilir. Untuk itu mari kita jaga bersama asset-asset yang dibangun dengan susah payah ini.
Untuk itu kami mengajak dan mengimbau kepada para pejabat yang saat ini sedang duduk di Pemerintahan di OI, baik di Eksekutif, Legislatif, maupun di lembaga Yudikatif, untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, dan bersikap. Harus lebih responsif atas aspirasi masyarakat, dan lebih menunjukkan sikap emphaty kepada rakyat.
Kita melihat bahwa apa yang terjadi di Jakarta, antara lain karena sikap pejabat yang slow respon, arogan dalam berbicara, dan kurang rasa emphaty terhadap keresahan publik. Karena itu semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua di daerah ini.
Kepada publik juga kami mengajak untuk menjaga daerah kita, supaya selalu kondusif. Bila ada aspirasi yang harus disampaikan dengan cara unjuk rasa/demo, sebaiknya dilakukan dengan damai, tidak merusak dan anarkis.
Pengalaman selama 21 tahun Ogan Ilir berdiri. Alhamdulillah masyarakat kita senantiasa menunjukkan kedewasaan, dan menjunjung tinggi adab dan budaya ketimuran. Semoga kondisi ini senantiasa terjaga. Aamiin.
# Penulis adalah Ketua DPRD OI periode 2004 (2007) – 2014. Sekarang Sekretaris Forum Ukhuwah Ulama Umaro (FU3) Ogan Ilir.